Rabu, 18 Maret 2015

krisis psikososial remaja



Krisis Psikososial Remaja
1. Perubahan psikoseksual
Produksi hormon testosteron dan hormon estrogen mempengaruhi fungsi otak, emosi, dorongan seks dan perilaku remaja. Selain timbulnya dorongan seksual yang merupakan manifestasi langsung dari pengaruh hormon tersebut, dapat juga terjadi modifikasi dari dorongan seksual itu dan menjelma dalam bentuk pemujaan terhadap tokoh-tokoh olah raga, musik, penyanyi, bintang film, pahlawan, dan lainnya.
Remaja sangat sensitif terhadap pandangan teman sebaya sehingga ia seringkali membandingkan dirinya dengan remaja lain yang sebaya, bila dirinya secara jasmani berbeda dengan teman sebayanya maka hal ini dapat memicu terjadinya perasaan malu atau rendah diri.
2. Pengaruh teman sebaya
Kelompok teman sebaya mempunyai peran dan pengaruh yang besar terhadap kehidupan seorang remaja. Interaksi sosial dan afiliasi teman sebaya mempunyai peranan yang besar dalam mendorong terbentuknya berbagai keterampilan sosial. Bagi remaja, rumah adalah landasan dasar sedangkan ‘dunianya’ adalah sekolah. Pada fase perkembangan remaja, anak tidak saja mengagumi orangtuanya, tetapi juga mengagumi figur-figur di luar lingkungan rumah, seperti teman sebaya, guru, orangtua temanya, olahragawan, dan lainnya.
Dengan demikian, bagi remaja hubungan yang terpenting bagi diri mereka selain orangtua adalah teman-teman sebaya dan seminatnya. Remaja mencoba untuk bersikap independent dari keluarganya akibat peran teman sebayanya. Di lain pihak, pengaruh dan interaksi teman sebaya juga dapat memicu timbulnya perilaku antisosial, seperti mencuri, melanggar hak orang lain, serta membolos, dan lainnya.
3. Perilaku berisiko tinggi
Remaja kerap berhubungan berbagai perilaku berisiko tinggi sebagai bentuk dari identitas diri. 80% dari remaja berusia 11-15 tahun dikatakan pernah menunjukkan perilaku berisiko tinggi minimal satu kali dalam periode tersebut, seperti berkelakuan buruk di sekolah, penyalahgunaan zat, serta perilaku antisosial (mencuri, berkelahi, atau bolos) dan 50% remaja tersebut juga menunjukkan adanya perilaku berisiko tinggi lainnya seperti mengemudi dalam keadaan mabuk, melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi, dan perilaku criminal yang bersifat minor. Dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa 50% remaja pernah menggunakan marijuana, 65% remaja merokok, dan 82% pernah mencoba menggunakan alkohol.
Dengan melakukan perbuatan tersebut, mereka mengatakan bahwa mereka merasa lebih dapat diterima, menjadi pusat perhatian oleh kelompok sebayanya, dan mengatakan bahwa melakukan perilaku berisiko tinggi merupakan kondisi yang mendatangkan rasa kenikmatan (‘fun’). Walaupun demikian, sebagian remaja juga menyatakan bahwa melakukan perbuatan yang berisiko sebenarnya merupakan cara mereka untuk mengurangi perasaan tidak nyaman dalam diri mereka atau mengurangi rasa ketegangan. Dalam beberapa kasus perilaku berisiko tinggi ini berlanjut hingga individu mencapai usia dewasa.
4. Kegagalan pembentukan identitas diri
Menurut J. Piaget, awal masa remaja terjadi transformasi kognitif yang besar menuju cara berpikir yang lebih abstrak, konseptual, dan berorientasi ke masa depan (future oriented). Remaja mulai menunjukkan minat dan kemampuan di bidang tulisan, seni, musik, olah raga, dan keagamaan. E. Erikson dalam teori perkembangan psikososialnya menyatakan bahwa tugas utama di masa remaja adalah membentuk identitas diri yang mantap yang didefinisikan sebagai kesadaran akan diri sendiri serta tujuan hidup yang lebih terarah. Mereka mulai belajar dan menyerap semua masalah yang ada dalam lingkungannya dan mulai menentukan pilihan yang terbaik untuk mereka seperti teman, minat, atau pun sekolah. Di lain pihak, kondisi ini justru seringkali memicu perseteruan dengan orangtua atau lingkungan yang tidak mengerti makna perkembangan di masa remaja dan tetap merasa bahwa mereka belum mampu serta memperlakukan mereka seperti anak yang lebih kecil.
Secara perlahan, remaja mulai mencampurkan nilai-nilai moral yang beragam yang berasal dari berbagai sumber ke dalam nilai moral yang mereka anut, dengan demikian terbentuklah superego yang khas yang merupakan ciri khas bagi remaja tersebut sehingga terjawab pertanyaan ’siapakah aku?’ dan ’kemanakah tujuan hidup saya?’
Bila terjadi kegagalan atau gangguan proses identitas diri ini maka terbentuk kondisi kebingungan peran (role confusion). Role confusion ini sering dinyatakan dalam bentuk negativisme seperti, menentang dan perasaan tidak percaya akan kemampuan diri sendiri. Negativisme ini merupakan suatu cara untuk mengekspresikan kemarahan akibat perasaan diri yang tidak adekuat akibat dari gangguan dalam proses pembentukan identitas diri di masa remaja ini.
5. Gangguan perkembangan moral
Moralitas adalah suatu konformitas terhadap standar, hak, dan kewajiban yang diterima secara bersama, apabila ads dua standar yang secara sosial diterima bersama tetapi saling konflik maka umumnya remaja mengambil keputusan untuk memilih apa yang sesuai berdasarkan hati nuraninya. Dalam pembentukan moralitasnya, remaja mengambil nilai etika dari orangtua dan agama dalam upaya mengendalikan perilakunya. Selain itu, mereka juga mengambil nilai apa yang terbaik bagi masyarakat pada umumnya. Dengan demikian, penting bagi orangtua untuk memberi suri teladan yang baik dan bukan hanya menuntut remaja berperilaku baik, tetapi orangtua sendiri tidak berbuat demikian.
Secara moral, seseorang wajib menuruti standar moral yang ada namun sebatas bila hal itu tidak mebahayakan kesehatan, bersifat manusiawi, serta berlandaskan hak asasi manusia. Dengan berakhirnya masa remaja dan memasuki usia dewasa, terbentuklah suatu konsep moralitas yang mantap dalam diri remaja. Jika pembentukan ini terganggu maka remaja dapat menunjukkan berbagai pola perilaku antisosial dan perilaku menentang yang tentunya mengganggu interaksi remaja tersebut dengan lingkungannya, serta dapat memicu berbagai konflik.
6. Stres di masa remaja
Banyak hal dan kondisi yang dapat menimbulkan tekanan (stres) dalam masa remaja. Mereka berhadapkan dengan berbagai perubahan yang sedang terjadi dalam dirinya maupun target perkembangan yang harus dicapai sesuai dengan usianya. Di pihak lain, mereka juga berhadapan dengan berbagai tantangan yang berkaitan dengan pubertas, perubahan peran sosial, dan lingkungan dalam usaha untuk mencapai kemandirian.
Tantangan ini tentunya berpotensi untuk menimbulkan masalah perilaku dan memicu timbulnya tekanan yang nyata dalam kehidupan remaja jika mereka tidak mampu mengatasi kondisi tantangan tersebut.

ide kesejateraan sosial



 menurut adi fahrudin,P.Hd
A.     Ide tentang kesejahteraan sosial
Ide tentang kesejahteraan sosial didasarkan atas asumsi bahwa masyarakat manusia dapat diorganisasi dan diatur untuk menghasilkan dan memberikan hal-hal ini, dan karena dapat melakukannya, masyarakat mempunyai kewajiban moral untuk mewujudkannya dengan berhasil.
Pengertian kesejaheraan sosial dalam UU no 6 tahun 1974 pasal 2 ayat 1 menyatakan kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan,kesusilaan,dan ketentraman lahir batin,yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah,rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.
Menurut definisi tersebut, kesejahteraan sosial merupakan suatu tata yang berarti keteraturan atau order, yang bukan merupakan cirri individu atau perorangan,melainkan ciri masyarakat sebagai suatu kesatuan atau secara keseluruhan,yaitu masyarakat Indonesia. Dengan demikian bagi setiap orang yang ada di Indonesia,diwilayah manapun ia berada,dinaungi oleh tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil ataupun spiritual yang sama,apa pun atau bagaimanapun kondisi tata kehidupan dan penghidupan tersebut. Dalam istilah penelitian,kesejahteraan sosial semacam ini merupakan konstanta, bukan variabel. 
 

contoh observasi tentang interaksi sosial



   Laporan Tugas Psikologi Observasi Interaksi Sosial

Pendahuluan
Interaksi sosial merupakan intisari kehidupan sosial. Artinya kehidupan sosial tampak secara konkret dalam berbagai bentuk pergaulan seseorang dengan orang lain.Interaksi sosial juga merupakan bentuk pelaksanaan kedudukan manusia sebagai makhluk sosial.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antarindividu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok lainnya.Terjadinya interaksi karena ada proses aksi dan reaksi. Manusia mempunyai naluri untuk selalu hidup berkelompok atau bersama dengan orang lain.

Faktor yang mendorong manusia untuk hidup bersama dengan orang lain,yaitu:
a.       Memenuhi kebutuhan hidupnya
b.      Mempertahankan diri
c.       Meneruskan generasi atau keturunan
d.      Hidup bersama

Pola interaksi
a.       Antar individu
b.      Individu dan kelompok
c.       Kelompok dengan kelompok

Syarat terjadinya interaksi sosial :
a.  Kontak : berhubungan dengan orang lain
b.  Komunikasi : pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Ciri-ciri interaksi sosial :
1. Jumlah pelaku dua orang atau lebih.
2. Ada tujuan yang ingin dicapai.
3. Ada dimensi waktu.
4. Ada komunikasi yang terjadi.

Bentuk-bentuk interaksi sosial
a.       Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Kerjasama dibedakan menjadi beberapa bentuk,yaitu:kerja sama spontan,langsung,kontrak,dan tradisional
b.      Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri individu atau kelompok yang semula saling bertentangan sebagai usaha untuk mengatasi ketegangan.
Bentuk akomodasi,yaitu: koersi,kompromi,arbitasi,mediasi,konsiliasi,toleransi dan stalemate
c.       Asimilasi adalah pembauran dua budaya yang menghasilkan budaya baru
d.      Akulturasi adalah proses penerimaan dan pengelolaan unsure kebudayaan asing menjadi bagian dari kebudayaan tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan asli.


2.      Hasil pengamatan
Saya melakukan pengamatan di pedagang sayur dan buah tepatnya di Jl.Dago Pojok. Tempat itu tidak jauh dari tempat kos saya tingggal. Kegiatan pengamatan yang pertama saya lakukan pada pagi hari Kamis,27 November 2014 pukul 07.00 wib.Disana terjadi interaksi sosial antara kelompok dengan kelompok. Mereka melakukan interaksi sosial tersebut salah satunya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Setiap pagi tempat itu selalu rame pengunjung. Disana terlihat para pembeli berinteraksi sosial dengan para penjual. Seorang ibu-ibu berumur sekitar 50 tahun meminta diambilkan bawang merah kepada salah satu penjual,ada juga ibu-ibu dan bapak-bapak yang sedang memilih-milih sayuran dan melakukan tawar-menawar kepada penjual,ada juga yang akhirnya melakukan transaksi pembayaran. Berlangsungnya transaksi pembayaran tersebut merupakan salah satu bentuk interaksi sosial berupa kerja sama spontan dan langsung. Karena penjual dan pembeli tersebut memiliki kesamaan atau kesepakatan.Kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


Pada pengamatan kedua saya hari Jumat 28 November 2014 pukul 12.30. Tempat itu masih buka. Tetapi berbeda dengan observasi yang saya lakukan pada pagi hari. Tempat itu terlihat sepi pengunjung. Ada seorang ibu membeli cabe merah dan beberapa buah papaya tetapi ibu tersebut tidak turun dari kendaraannya dan sang penjual yang menyerahkan belanjaan ibu tersebut. Interaksi yang terjadi antara individu dan individu yaitu hanya interaksi antara ibu tersebut dan salah satu penjual. Walaupun ibu tersebut bersama seorang lelaki di sepeda motornya tetapi lelaki tersebut tidak melakukan komunikasi dan interaksi apapun.






Dalam pengamatan ini,pengamat hanya memfokuskan pada salah satu penjual sayur dan buah yang terletak di jl.Dago Pojok,yaitu hanya meneliti bagaimana pola interaksi sosial penjual dengan masyarakat Dago Pojok,bagaimana bentuk interaksi.

3.      Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang pengamat lakukan,pengamat mengambil kesimpulan bahwa setiap orang dalam aktifitasnya akan melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Seperti pengamatan yang saya lakukan di salah satu penjual sayur dan buah di jl.Dago Pojok. Di pengamatan pertama terjadi interaksi kelompok penjual dan kelompok pembeli. Dan di pengamatan kedua terjadi interaksi sosial antara individu dengan individu.
















klasifikasi masalah sosial



KLASIFIKASI MASALAH SOSIAL
A.       Klasifikasi Atas Dasar Dikotomi
1.    Masalah Sosial Patologis dan Non Patologis
-Masalah Sosial Patologis: Penyakit Sosial, sulit untuk dipecahkan, berhubungan dengan kehidupan masyarakat itu sendiri.
Misal: Pelacuran, kejahatan, perjudian dsb.
-Masalah Sosial non Patologis: mengacu pada masalah sosial yang bukan bersifat penyakit, sehingga relatif lebih mudah mengatasinya.
Misal: tawuran antar kelompok, kenakalan remaja dsb.Masalah Sosial jenis ini bila tidak segera ditangani dapat berubah menjadi masalah sosial patologis.
2.      Masalah Sosial Klasik-Konvensional dan Kontemporer- Modern
-Masalah Sosial Klasik-Konvensional: menunjuk pada masalah sosial yang terjadi pada masa dahulu atau pada masyarakat yang dahulu atau masyarakat sederhana atau sering disebut masyarakat pertanian. Masalah-masalah tersebut hingga kini masih tetap ada.
Contoh: masalah kemiskinan, pengangguran, kejahatan, pelacuran dsb.
-Masalah Sosial Kontemporer-Modern: menunjuk pada masalah sosial yang baru muncul pada masa sekarang atau pada masyarakat industri.
Contohnya: yang berkaitan dengan NAPZA (korban pengguna, pengedar dsb), HIV/AIDS, Trafficking, anak jalanan, buruh migrant, KDRT dsb.
3.      Masalah Sosial Manifest dan latent
-Masalah Sosial Manifest merupakan produk dari ketimpangan-ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat. Ketimpangan dimana terjadi akibat dari ketidaksesuaian antara nilai dan norma yang ada, sehingga anggota masyarakat melakukan penyimpangan perilaku (deviant behavior).Masyarakat umumnya tidak menyukai perilaku tersebut dan berusaha untuk mengatasinya.
-Masalah sosial laten merupakan masalah sosial yang ada tapi tidak disadari oleh masyarakat atau masyarakat tidak berdaya untuk mengatasinya, atau juga berkaitan dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu masyarakat.
Contoh: masalah konflik latent yang berlatar belakang SARA, keterbelakangan masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan.
4.      Masalah Sosial Strategis dan Biasa
-Masalah Sosial Strategis merupakan masalah sosial yang dianggap sentral dan dapat mengakibatkan masalah-masalah sosial lainnya.
Contoh : masalah kemiskinan yang dapat menyebabkan timbulnya masalah kejahatan, keterlantaran, pelacuran, penganiayaan, penjualan anak dan perempuan dsb.
-Masalah Sosial biasa, mengacu pada masalah yang terjadi dalam lingkup relatif kecil dan dianggap tidak akan menimbulkan dampak besar.
Contoh : pertengkaran antar tetangga, perkelahian antar kelompok kecil, perceraian.
B.       Klasifikasi Atas Dasar Warisan (Heritages)
1.    Warisan Sosial
Meliputi berbagai masalah yang berkaitan dengan interaksi sosial di masyarakat.
Contoh : masalah depresi, hubungan kelompok mayoritas dan minoritas, pendidikan, politik, pelaksanaan hukum, agama, pengisian waktu luang, kesehatan dsb.
2.    Warisan Biologis.
Berkaitan dengan masalah kependudukan.
Misal : masalah migrasi, berkurang atau bertambahnya penduduk, terbatasnya kelahiran, kecacatan baik karena bawaan atau bukan.
3.    Warisan Fisik.
Terjadi karena adanya keterbatasan atau pengurangan  sumber daya alam yang menimbulkan masalah bagi masyarakat sekitarnya.
Contoh: kemiskinan di daerah tandus, penyakit-penyakit karena adanya polusi tanah, air, udara.
4.    Akibat Kebijakan Sosial.
Masalah – masalah sosial yang timbul akibat kurang tepatnya suatu penerapan kebijakan di masyarakat.
Contoh : ketimpangan sosial ekonomi antar daerah, pencemaran industri, bencana alam (karena kebijakan HPH), masalah TKI, masalah anak yang disalah gunakan (dijual atau dilacurkan), disintegrasi bangsa dsb.

FAKTOR PENYEBAB MASALAH SOSIAL
Menurut Daldjoeni dalam Abulsyani (1994:187) bahwa, masalah social dapat bertalian dengan masalah alami ataupun masalah pribadi, maka secara menyeluruh ada beberapa sumber penyebab timbulnya masalah social, yaitu antara lain:
1.        Faktor alam (ekologis-geografis)
Ini menyangkut gejala menipisnya sumber daya alam. Penyebabnya dapat berupatindakan eksploitasi berlebihan atasnya oleh manusia dengan teknologinya yang makin maju, sehingga kurang diperhatikan perlunya pelestarian lingkungan. Dapat pula karena semakin banyaknya jumlah penduduk yang secara otomatis cepat menipiskan persediaan sumber daya meskipun sudah dilakukan penghematan.
2.        Faktor biologis (dalam arti kependudukan)
Ini menyangkut bertambahnya jumlah penduduk dengan pesat yang dirasakan secara nasional, regional maupun local. Pemindahan manusia (mobilitas fisik) yang dapat dihubungkan pula dengan implikasi medis dan kesehatan masyarakat umum serta kualitas masalah pemukiman baik dipedesaan maupun diperkotaan
3.        Faktor budaya
Ini menimbulkan berbagai keguncangan mental dan berlalian dengan beraneka penyakit kejiwaan. Pendorongnya adalah perkembangan teknologi (komunikasi dan transportasi) dan implikasinya dalam kehidupan ekonomi hokum, pendidikan, keagamaan, serta pemakaian waktu senggang.
4.        Faktor sosial
Dalam arti berbagai kebijaksanaan ekonomi dan politik yang dikendalikan untuk masyarakat.

analisis program Rabu Nyunda Kota Bandung

I.                    KEBIJAKAN MENGENAI RABU NYUNDA a.        Deskripsi Singkat Tentang Rabu Nyunda Rebo nyunda merupakan hari di man...