Sabtu, 06 Mei 2017

pengubahan perilaku

ANALISIS KASUS
A.    Deskripsi
Tia (Nama Samaran, 35 tahun) adalah seorang ibu dengan 3 anaknya. Anak pertama berusia 8 tahun bernama D, anak kedua berusia 4 tahun bernama S, dan saat ini sedang mengandung usia 8 bulan untuk calon anak ketiganya. Tia merupakan istri kedua dari pernikahan sirih. Status pernikahan yang tidak jelas membuat 2 anak dan calon bayinya menderita.
Awal pertemuan dengan suaminya ketika mereka bekerja dalam satu perusahaan. Sang suami (sebut saja Anton) sebagai supervisor dan Tia adalah bawahannya. Seiring berjalannya waktu hubungan mereka semakin dekat dan mereka menjalin hubungan pacaran hingga 2 tahun lamanya. Hubungan mereka bisa dibilang tersembunyi atau backstreet dengan alasan tidak enak dengan teman sekantor. Tanpa sepengetahuan Tia ternyata Anton sudah beristri. Semakin dekat hubungan mereka bahkan mereka sudah tinggal bersama seperti sepasang suami istri dan saat ini Tia sedang hamil. Tia berulangkali meminta Anton menikahinya, tetapi Anton selalu menolak dan mencari alasan. Suatu ketika datang seorang wanita dengan membawa anaknya melabrak Tia, ternyata wanita itu adalah istri Anton. Hal itu membuat Tia syok dan kecewa. Setelah insiden tersebut akhirnya Anton mengakui dirinya sudah punya istri dan anak,tetapi dia sangat mencintai Tia, singkat cerita Tia akhirnya dinikahi sirih oleh Anton tanpa restu istri pertamanya.
Tia berhenti dari pekerjaannya karena sudah hamil besar, tak lama kemudian Anton dipecat dari kantornya dan diusir oleh istri pertamanya. Anton saat ini menjadi pengangguran dan tidak punya tempat tinggal. Ia sering menginap di rumah Tia sampai akhirnya Tia hamil dan melahirkan anak kedua. Sebenarnya Tia malu dengan keadaan ini,tapi rasa cintannya pada Anton membuatnya cuek dan fokus pada rumah tangganya. Anton sulit mendapatkan pekerjaan,dan perekenomian mereka semakin buruk, Tia memutuskan untuk bekerja dan Anton yang menjaga anak-anak di rumah. Di lingkungan tempat tinggal mereka, masyarakat setempat akhirnya tahu bahwa Tia dan Anton adalah pasangan suami istri yang tidak sah, dan mereka mengusir Anton. Saat Tia bekerja Anton yang menjaga anak-anak, hanya saja tidak menginap di rumah Tia. Saat Tia bekerja, Anton yang dulu baik kini suka memukuli anak kandungnya sendiri. Awalnya Tia tidak percaya akan hal itu. Penderitaan yang dialami Tia dan anaknnya tidak sampai di sini, akta kelahiran kedua anaknya hanya tercantum nama ibunya, dan juga saat anaknya memasuki usia sekolah, banyak sekolah yang menolaknya. Tia harus memohon belas kasihan kepada kepala sekolah untuk memperbolehkan anaknya sekolah disitu.
Tidak sampai di situ kisah Tia, Tia hamil untuk ketiga kalinya setelah apa yang dilakukan Anton. Meskipun Anton sempat diusir oleh tetangganya dan status pernikahan mereka tidak jelas Tia masih mau menerima Anton. Hingga kini sudah hamil besar, Tia masih bekerja untuk menghidupi anak-anaknya. Bahkan anak-anaknya kurang kasih sayang karena dirinya harus bekerja hingga larut malam. Tia sempat ingin mengahiri hidupnya, tetapi ia masih bertahan demi anak-anaknya.

B.     Normatif ( Dass Sollen dan Dass Sein )
1.      Dass Sollen ( Harapan)
·         Tia berharap Anton adalah suami yang baik dan bertanggung jawab.
·         Anton adalah suami yang mapan dan memiliki masa depan yang bagus.
·         Tia menjadi istri pertama dan terakhir bagi Anton.
·         Hidup bahagia bersama Anton dan anak-anaknya.
·         Anton menyayangi anaknya.
·         Anton dan Tia menikah secara sah di mata hukum.
·         Anaknya bisa tumbuh dan berkembang normal seperti anak-anak lain.
·         Anak-anaknya mendapat kasih sayang dari kedua orangnya secara utuh.
·         Ketika anak-anak Tia tumbuh besar, Tia berharap anaknya tidak dijek, diolok-olok atau di jauhi temannya.
·         Tia dapat menemani anak-anaknya dan bercengkraman setiap waktu.
·         Tia berharap anak-anaknya nanti bisa diterima di lingkungannya.

2.      Dass Sein ( Kenyataan )
·         Anton membohongi Tia jika dia belum menikah dan punya anak.
·         Tia di maki-maki oleh istri pertama Anton.
·         Tia hamil diluar nikah.
·         Tia menjadi istri kedua dari pernikahan sirihnya.
·         Anak-anaknya suka di pukuli oleh Anton saat Tia sedang bekerja.
·         Status pernikahan Tia hingga sekarang tidak jelas dan tidak sah dimata hukum.
·         Anton yang merupakan ayah dari anak-anaknya diusir oleh warga setempat.
·         Anak-anaknya hanya mempunyai orang tua tunggal di akta kelahiran.
·         Tia tidak punya waktu untuk bercengkraman dengan anaknya karena harus bekerja hingga larut malam.
·         Anaknya mengalami kesulitan saat mendaftarkan sekolah/ mendapatkan penolakan dari sekolah.
·         Anak-anaknya kurang mendapat kasih saying kedua orang tuanya.
·         Tia ingin mengakhiri hidupnya.


C.     Rekomendasi
1.      Seharusnya Tia sebagai wanita lebih tegas terhadap dirinya sendiri dan memiliki prinsip tidak melakukan hubungan suami istri sebelum menikah.
2.      Seharusnya Tia tidak membiarkan hubungan dengan Anton terus berlanjut, bahkan hingga memiliki 3 anak dengan status yang tidak sah. Cobalah untuk meminta di nikahi secara sah, jika tidak bisa cobalah pikirkan kembali apakah hubungannya dengan Anton lebih banyak menguntungkan atau merugikan.
3.      Fokus mendidik anak, jadilah kejadian ini sebagai pelajaran dan jangan sampai mengulangi kesalahan untuk kesekian kalinya.
4.      Cobalah untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan meminta bimbingan kepada ahli agama.


















PEMBAHASAN

A.    Teknik Pengubahan Perilaku
1.      Mengubah perilaku Tia yang mudah terpengaruh dan seringkali merasa bimbang dan tidak tegas mengambil tindakan.
-          Assertive training ( latihan menolak perintah/ajakan orang lain secara tepat dan mengajak orang lain kepada perilakunya. Teknik ini digunakan untuk melatih klayan memilih kemampuan melakukan penolakan perintah secara tegas terhadap keinginan orang lain, atau bertegur sapa dengan lawan jenis.
-          Advice and intructions. Teknik ini digunakan melalui prosedur nasehat dan arahan kepada klayan dalam memecahkan masalah-masalahnya. Dapat dilakukan setiap saat kelayan memerlukan nasehat dan instruksi praktis dalam melakukan sesuatu, terutama hal-hal yang berkenaan dengan cara-cara sistematis terdapat tiga kategori.
Advice and intructions dalam pengubahan perilaku:
1.      Memberikan sugesti kepada klayan untuk melakukan pemecahan masalahnya sendiri.
2.      Menolong klayan untuk mengenal keterkaitan antara masalah dan mengenal cara-cara mengatasinya secara efektif dan efisien.
3.      Memberikan informasi yang diperlukan dalam melaksanakan prosedur yang kuat.
-          Thought stopping, teknik ini digunakan dengan cara pekerja sosial menginstruksikan kepada klayan dengan kata-kata pada saat kelayan mengalami masalah yang menyangkut pikirannya. Teknik ini dapat digabungkan dengan teknik advice giving dan instruction.



B.     Mekanisme dan Proses
1.      Teknik Assertive training
Teknik ini digunakan agar Tia lebih tegas dalam mengambil sikapnya terhadap Anton.
Misalnya ketika Tia sudah tahu ternyata Anton membohongi dirinya, tetapi Tia masih mau hidup bersama dan luluh terhadap rayuan Anton.
Tia masih berhubungan dengan Anton meskipun sudah tau ia beristri dan anak, sehingga dirinya harus menanggung malu dan kehilangan pekerjaannya.
Ketika Anton dipecat dan diusir dari rumah istrinya, ha itu secara langsung ataupun tidak berpengaruh terhadap kemampuan menghidupi  dirinya dan anak-anaknya, tetapi Tia membiarkan diri hamil lagi.
Ketika tahu Anton suka memukuli anak-anaknya, Tia masih mempertahankan hidup bersama Anton dan hamil untuk ketiga kalinya.
Pekerja sosial melakukan intruksi-intruksi kepada klien untuk membentuk bagaimana respon yang harus ditampilkan. Misalnya : “Saya ingin mengakhiri hubungan kita”.
2.      Teknik Advice and intructions digabungkan dengan teknik Thought stopping
Teknik ini digunakan ketika Tia mengalami kebimbangan dalam menentukan pilihan/ mengambil keputusan terhadap apa yang dilakukan. Pekerja sosial membantu Tia untuk memahami masalahnya dan mengenal keterkaitan antara masalah dan mengenalkan cara-cara mengatasinya secara efektif dan efisien. Misalnya saat Tia sudah putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya. Pekerja sosial menasehati dan memberikan motivasi kepada klien.
Pekerja sosial juga dapat memberikan nasehat-nasehatnya.
C.     Hasil yang Diharapkan

Teknik- teknik yang diberikan oleh pekerja sosial diharapkan dapat mengubah perilaku Tia sehingga Tia tidak mudah diperdaya oleh suaminya ( pernikahan tidak sah), tidak mengulangi kesalahan yang sama, menatap masa depan  dan menjalani kehidupan dengan anak-anaknya lebih baik lagi. 

definisi perilaku

Nama               : Dewi Mustika Fani
NRP                : 14 04 222
Kelas               : 2J
PENGUBAHAN PERILAKU

Perilaku adalah suatu perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan, dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Perilaku dapat bersifat over (nampak) dan covert (tersembunyi).

Perilaku mempunyai 3 dimensi,yaitu:
  1. Fisik
Dimana dapat terlihat diamati digambarkan baik itu frekuensi, durasi, dan intensitasnya.
  1. Ruang
Mempunyai dampak kepada lingkungan.
  1. Waktu
Dimana mempunyai kaitan masa lalu dan masa sekarang dan masa yang akan datang.

Pengubahan perilaku adalah suatu teknik tentang bagaimana manusia sebagai sumber mengubah perilaku manusia lain sebagai target perubahan, agar manusia tersebut berperilaku seperti yang diharapkan oleh sumber pengubah.

Menurut John Fisher L.gochros
Pengubahan prilaku adalah penerapan yang terencana dan sistematis dari prinsip belajar yang telah ditetapkan untuk mengubah prilaku yang mal adaptif.

Menurut AABT
Pengubahan perilaku adalah penerapan prinsip-prinsip yang berasal dari riset dalam psikologi sosial untuk mengurangi penderitaan manusia dan meningkatkan keberfungsiannya.

Karekteristik pengubahan perilaku:
  1. Fokus kepada perilaku.
  2. Prosedurnya didasarkan pada prinsip-prinsiip behavioral.
  3. Penekanan kepada peristiwa yang ada di lingkungan.
  4. Pendekatan kepada orang-orang yang berada di lingkungan kehidupan sehari-hari.
  5. Pengukuran pengubahan perilaku.
  6. Mengabaikan peristiwa masa lalu sebagai penyebab perilaku.
  7. Menolak hipotesis sebagai penyebab perilaku.
 Tujuan pengubahan perilaku
  • Membentuk dan meningkatkan perilaku yang dimiliki setiap individu agar sesuai yang diharapkan oleh lingkungan pro sosial (behavior deficiences).
  • Mengurangi dan menghentikan perilaku yang berlebihan (behavior excesses).
  • Mengurangi dan menghentikan perilaku yang mal adaptif (aktualisasi diri yang di tingkatkan).


penyuluhan sosial yang tidak baik

1.      Pengertian Penyuluhan
Menurut Kepmensos, Pusat Penyuluhan Sosial
Penyuluhan sosial adalah sebuah proses pengubahan perilaku yang dilakukan melalui penyebarluasan informasi, komunikasi, motivasi dan edukasi oleh penyuluh sosial, baik secara lisan, tulisan maupun peragaan kepada kelompok sasaran, sehingga muncul pemahaman yang sama, pengetahuan dan kemauan guna partisipasi secara aktif dalam pembangunan kesejahteraan sosial.
Menurut Kelsey dan Hearne (1955)
Bekerja bersama masyarakat untuk membantu mereka agar dapat meningkatkan harkat martabatnya sebagai manusia :
a.        Penyuluh bekerja bersama masyarakat, bukan penentu atau pamaksa melainkan mampu menciptakan suasana dialogis, menumbuhkan partisipasi masyarakat.
b.       Penyuluh tidak menciptakan ketergantungan, tetapi mendorong terciptanya kreativitas dan kemandirian masyarakat.
c.        Penyuluh meningkatkan harkat dan martabat
Makna Penyuluhan sosial :
1)      Penyuluhan sosial sebagai proses perubahan perilaku.
Yaitu bahwa penyuluhan tidak sekedar memberi tahu atau menerangkan, dalam kaitan ini tujuan yang sebenarnya dari penyuluhan sosial adalah terjadinya perubahan perilaku sasaran agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha meningkatkan kehidupannya.
2)      Penyuluhan sosial sebagai proses penyebarluasan informasi
Yaitu proses penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan dan perubahan cara-cara penanganan masalah kesejahteraan sosial, demi tercapainya peningkatan  kesejahteraan sosial individu, keluarga, kelompok, organisasi dan masyarakat.
3)      Penyuluhan sosial sebagai proses komunikasi.
Yaitu penyebarluasan informasi oleh penyuluh sosial baik secara lisan, tulisan maupun peragaan kepada kelompok sasaran.
4)      Penyuluhan sosial sebagai proses pemberian motivasi
Yaitu proses untuk menumbuhkan dan mendorong kemauan kelompok sasaran agar berperan secara aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
5)      Penyuluhan sosial sebagai proses pendidikan (edukasi).
Yaitu suatu system pendidikan nonformal untuk membuat mereka tahu, mau, dan mampu berswadaya agar berperan aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

.    2. Fungsi Penyuluhan Sosial
·         Fungsi Preventif
Artinya penyuluhan sosial ditujukan untuk meniadakan timbulnya problema sosial yang baru.
·         Fungsi Remedial (Kuratif/Rehabilitatif)
Artinya penyuluhan sosial ditujukan untuk menanggulangi problema sosial yang telah timbul.
·         Funsi Pengembangan (Development)
Artinya penyuluhan sosial ditujukan untuk usaha pengembangan masyarakat.
·         Fungsi Penunjang (Supportif)
Artinya penyuluhan sosial tidak hanya ditujukan pada bidang kesejahteraan sosial saja tetapi juga dapat menunjang program lain secara lintas sektor. 

Penyuluhan Sosial Yang Tidak Baik
Keberhasilan/kegagalan suatu penyuluhan sosial dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: faktor penyuluh, sasaran, proses penyuluhan serta fungsi penyuluhan sosial bagi sasaran sosial.
1.      Faktor penyuluh
a.       Kurang persiapan
Persiapan adalah suatu kegiatan yang akan dipersiapkan sebelum melakukan sebuah kegiatan. Ketika persiapan kurang pada saat akan melakukan penyuluhan, kegiatan penyuluhan akan mengalami kesulitan-kesulitan atau hambatan dalam pelaksanaannya.
Sebaliknya kita melakukan persiapan yang maksimal terlebih dulu sehingga kegiatan penyuluhan itu akan terlaksana dengan baik.
b.      Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan
Misalnya kita akan melakukan penyuluhan mengenai bahaya HIV/AIDS, sebelumnya kita harus mengetahui dan menguasai terkait materi tentang HIV/AIDS itu sendiri.
c.       Penampilan kurang meyakinkan sasaran
Apabila penyuluh meragukan/kurang meyakinkan dalam melakukan penyuluhan , ini dapat menjadi salah satu indikasi penyuluhan kurang berhasil. Karena tujuan penyuluhan sendiri adalah untuk mengajak seseorang untuk melakukan tujuan yang diinginkan oleh penyuluh.
d.      Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran, yang disebabkan oleh suara terlalu kecil sehingga kurang dapat didengar, penyuluh menggunakan bahasa yang tidak mudah dipahami, serta penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga membosankan.
2.      Faktor sasaran,
a.       Tingkat pendidikan terlalu rendah
Dalam hal ini dapat mengakibatkan sasaran sendiri sulit menerima pesan yang disampaikan oleh penyuluh. Misalnya penyuluh memberikan materi tentang bahaya narkotika kepada ibu-ibu rumah tangga yang mayoritas hanya lulusan SD.
b.      Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah
sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan yang lebih mendesak,
c.       Kepercayaan dan adat kebiasaan
Masyarakat masih cenderung mempercayai adat kebiasaan dari nenek moyang yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubahnya. Contoh : komunitas badui.
d.      Kondisi lingkungan tempat tinggal.
3.      Faktor proses dalam penyuluhan
a.       waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran.
Sebelum melakukan penyuluhan seharusnya disesuaikan juga dengan waktu dari sasaran yang akan dituju.
b.      tempat penyuluhan dekat dengan keramaian mengganggu proses penyuluhan yang dilakukan, hal ini akan membuat sasaran tidak fokus terhadap materi yang akan diberikan oleh penyuluh
c.       jumlah sasaran penyuluhan yang terlalu banyak
apabila jumlah sasaran tidak disesuaikan dengan jumlah penyuluh akan menganggu jalannya penyuluhan, penyuluh akan kesulitan untuk mengontrol sasaran yang jumlahnya terlalu banyak sehingga dinilai kurang efektif.
d.      alat peraga yang kurang
alat peraga merupakan salah satu media dalam melakukan penyuluhan, apabila ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan membuat proses penyuluhan tidak menarik bagi sasaran.
e.       metoda yang digunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran.
metode dalam penyuluhan terdiri dari metode partisipatif, dialog interaktif dan pemberdayaan. Penyuluh harus pintar memilih metode yang tepat bagi sasaran.

4.      Fungsi penyuluhan sosial tidak sesuai bagi sasaran.
Fungsi penyuluhan harus disesuaikan dengan sasaran. Misalnya: seorang melakukan penyuluhan mengenai pengasuhan anak, sasarannya siswa SMA. Dalam hal ini fungsi penyuluhan dianggap kurang sesuai bagi sasaran.








REFERENSI



analisis program Rabu Nyunda Kota Bandung

I.                    KEBIJAKAN MENGENAI RABU NYUNDA a.        Deskripsi Singkat Tentang Rabu Nyunda Rebo nyunda merupakan hari di man...