I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam kehidupan manusia mengalami suatu
perkembangan dari masa anak-anak,remaja,dewasa dan lanjut usia. Lanjut usia dikatakan sebagai usia emas karena tidak
semua orang dapat mencapai masa dimana orang dikaruniai umur panjang.
Ada beberapa pendapat
mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang
menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang menetapkan 70 tahun.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan
bahwa umur 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami
proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut
lansia. Sedangkan menurut UU no 13 tahun 1998 mengatakan bahwa Lanjut Usia
adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Masa lanjut usia akan mengalami proses
penuaan, yaitu proses terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Mulai dari
lahir sampai meninggal dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup. Menua
ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pada system tubuh yang mempengaruhi
fisik dan kemampuan melaksanakan fungsi sosial. Selain itu terdapat masalah-masalah yang biasa dihadapi
oleh lanjut usia seperti masalah biologis/fisik, psikologis, sosial, spiritual
dan ekonomi.
Untuk mengetahui lebih mendalam tentang permasalahan dan
kebutuhan yang dihadapi oleh lanjut usia, penulis melakukan observasi dan
wawancara yang kemudian dianalisis dengan melakukan rencana intervensi. Pada
bab berikutnya dibahas lebih lanjut.
II. PEMBAHASAN
“N”
Umur :
71 tahun
Jenis kelamin :
Perempuan
Agama :
Islam
Pekerjaan :
-
Status :
Janda
Alamat :
Desa C RT 03 RW 04
2.2 Hasil Wawancara
Mak “N” merupakan
seorang lansia yang tinggal di Desa C RT 03 RW 04. Beliau memiliki 4 orang
anak, kedua anaknya sudah berkeluarga dan dikaruniai masing-masing 2 cucu, anak
ketiganya sudah meninggal, dan anak bungsu yang belum menikah. (susunan
keluarga dapat dilihat pada gambar 2.A).
Mak “N” tinggal bersama
anak bungsunya, suaminya sudah meninggal 2 tahun yang lalu sedangkan anak
perempuannya belum lama meninggal pada bulan ramadhan. Mak “N” memiliki
penyakit diabetes dan darah tinggi. Beliau sering merasa lemas, pusing bahkan
sampai ambruk ketika penyakitnya kumat. Beliau juga tidak pernah mendapat
layanan kesehatan gratis dari pemerintah seperti BPJS. Setiap berobat beliau
bergantung pada uang yang diberikan anak-anaknya.
Dulu saat masih sehat
dan belum terdiagnosis mengalami penyakit diabetes dan darah tinggi beliau
masih suka berkebun. Tapi untuk
sekaraang-sekarang ini beliau hanya berada di rumah. Kegiatan rutin lainnya
yaitu mengikuti pengajian seminggu sekali. Hubungan dengan anak, cucu dan
tetangga sekitar juga cukup baik. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mak “N”
bergantung pada anak bungsunya. Sedangkan pekerjaan anaknya sebagai buruh tidak
menentu. Jadi penghasilannya itu hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Kondisi fisik mak “N”
sudah mengalami penurunan fungsi, seperti penglihatannya mulai kabur,
pendengarannya berkurang, otot dan sendi melemah, untuk napsu makan juga
mengalami penurunan, beliau hanya makan sehari 2x. Selain fisik, kondisi
psikologi dan spiritualnya juga kurang baik, karena penyakitnya tersebut mak
Namsih sering merasa putus asa dan tidak ingin hidup, apalagi ketika teringat
suami dan anaknya yang sudah meninggal belum lama ini. Beliau juga sering
merasa kesepian, walaupun rumahnya berdekatan dengan anak dan cucunya tetapi
mereka juga punya kesibukan masing-masing sehingga tidak rutin untuk menengok
atau mengunjungi beliau.
2.3 Analisis Masalah dan Kebutuhan
a. Masalah
Fisik
1) Dari segi penglihatan mak “N” sudah mulai kabur
2) Menderita sakit gula dan darah tinggi
3) Otot dan sendi mulai melemah
4) Mudah merasa lelah,lemas,dan pusing apalagi ketika
penyakitnya kambuh.
5) Nafsu makan berkurang
Psikologis
1) Putus asa dengan keadaannya
2) Merasa sedih dan kesepian
Sosial Ekonomi
1) Tidak memiliki penghasilan dan bergantung kepada anaknya
2) Mengalami kesulitan untuk biaya pengobatan
3) Lebih sering di rumah sehingga relasi dengan orang sekitar
kurang
Spiritual
1) Kurang adanya semangat hidup.
b. Kebutuhan
Primer
1) Fisik : Makanan yang bergizi dan tempat
tinggal yang layak
2) Ekonomi :
pemenuhan kebutuhan sehari-hari
3) Kesehatan :
pengobatan yang memadahi
4) Psikologis :
kebutuhan akan motivasi hidup, kasih sayang dan perhatian dari keluarganya.
5) Sosial : adanya peranan-peranan yang
diberikan di dalam masyarakat.
Sekunder
1)
Kebutuhan akan pengisian waktu luang dan rekreasi.
2)
Kebutuhan spriritual yaitu meningkatkan motivasi hidup dan pendekatan
diri terhadap Tuhan.
III. RENCANA INTERVENSI
Rencana intervensi
merupakan rancangan cara atau strategi yang akan digunakan pekerja sosial dalam
mengembalikan keberfungsian sosial individu,kelompok atau masyarakat. Dalam
rencana intervensi yang akan dilakukan pada klien lebih memfokuskan kepada psikologis
klien. Tujuan dari rencana intervensi ini yaitu membantu klien memperkuat
motivasi hidup dan memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaannya.
a. Teori/Pendekatan
Pendekatan yang
digunakan yaitu pendekatan psikodinamika. Dimana Pendekatan ini
memahami tingkah laku manusia sebagai manifestasi dari perkembangan kepribadian
klien di masa lalu. Mak “N” mengalami situasi kehilangan seseorang yang
dicintainya yaitu suami dan anaknya. Keadaan ini dinilai mempengaruhi kondisi
psikologis klien apalagi dengan kondisi klien yang sakit-sakitan.
Dalam pendekatan ini peksos memfasilitasi
klien untuk mengungkapkan semua perasaannya secara bebas. Ketika klien
mengalami hambatan untuk itu pekerja sosial berusaha untuk merangsang klien
dengan pertanyaan-pertannyaan yang dapat membawa klien pada situasi perasaan
yang selama ini tersembunyi.
b. Metode
Metode yang digunakan dalam kasus mak “N” yaitu
metode case work. Metode case work yaitu metode yang digunakan untuk membantu
mengatasi masalah individu dan keluarga.
c. Teknik
1) Konseling
Konseling adalah inti dari
praktek sosial casework. Pelayanan konseling diberikan untuk terapi
masalah-masalah emosional dan interpersonal individu dan keluarga. Terdapat
tiga tahap dalam konseling, yaitu: tahap membangun relasi, tahap mengeksplorasi
masalah secara mendalam; dan tahap mengeksplorasi
alternatif-alternatif solusinya.
2)
Support
Teknik
ini mengandung arti memberikan semangat, menyokong dan mendorong aspek-aspek
dari fungsi klien, seperti kekuatan-kekuatan internalnya, cara berperilaku dan
hubungannya dengan orang lain. Support harus didasarkan pada
kenyataan dan pekerja sosial memberikan dukungan terhadap perilaku atau
kegiatan-kegiatan positif dari klien. Pekerja sosial harus membantu klien
apabila klien mengalami kegagalan dan sebaliknya lebih mendorong klien apabila
berhasil. Sebaiknya pekerja sosial menyatakan terlebih dahulu aspek-aspek yang
positif sebelum menyatakan aspek-aspek negatif dari situasi yang dialami klien.
d. Peran – Peran
1)
Broker
Pekerja sosial dapat menghubungkan klien dengan
sumber-sumber yang menyediakan pelayanan yang dibutuhkan seperti menghubungkan
mak “N” dengan lembaga pelayanan kesehatan agar dapat menerima bantuan
pengobatan gratis.
2)
Fasilitator
Peran sebagai fasilitator yaitu dengan cara
menyediakan atau memberikan kesempatan dan memfasilitasi klien dalam
mengungkapkan masalahnya sehingga klien dapat mencurahkan isi hatinya. Selain
itu dapt juga dilakukan dengan mendampingi klien dalam setiap
tindakan, memberikan dukungan emosional yang diperlukan klien agar klien merasa
diperhatikan dan terpenuhi kebutuhan emosionalnya
3)
Konselor
Memberikan pelayanan konsultasi kepada klien untuk
mengungkapkan permasalahannya. Pekerja sosial juga harus menyadari permasalahan
serta melihat potensi dan kekuatan yang dimiliki klien. Ia juga harus
memberikan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
IV. PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dalam kehidupan manusia tidak akan terlepas pada suatu
permasalahan sosial. Begitu juga yang dialami oleh lanjut usia. Pada usia
lanjut seseorang akan mengalami
penurunan fisik,psikologis maupun sosial. Permasalahan sosial pun tidak
dapat dihindarkan. Sering kali lanjut usia mengalami perasaan kesepian dan
keputusaan dalam menjalani hidup. Seperti yang dialami mak “N”. Dalam membantu
mengatasi masalah-masalah tersebut pekerja sosial menyusun rencana intervensi
yang nantinya dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan klien
agar klien dapat berfungsi sosial kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar