Peran Peksos Dalam Masalah Di
Bimbingan Belajar Sakamoto Pada Jalur Pendidikan Non Formal
Makalah Ini Disusun Untuk
Memenuhi Tugas Pengganti UAS Mata Kuliah Pekerjaan Sosial Di Bidang Pendidikan
Dosen
Pembimbing
Dr.
Ernalia Lia Syaodih,M.Si
Dr.
Nurjanah, M.Pd
Oleh
Dewi Mustika Fani
14.04.222
Kelas
Pendidikan B
SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan
merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, hal ini berarti setiap
manusia berhak memperoleh pendidikan yang layak agar mampu mengembangkan diri. Secara istilah pengertian pendidikan adalah satu
sistem pengubahan sikap serta perilaku seorang atau kelompok dalam usaha
mendewasakan manusia atau peserta didik lewat usaha pengajaran serta kursus.
Jalur pendidikan yang biasa ditempuh oleh anak adalah jalur pendidikan formal
atau jalur pendidikan yang dilakukan melalui pembelajaran di bangku sekolah.
Sedangkan jalur pendidikan informal sendiri sudah diperoleh sejak kecil melalui
keluarga dan lingkungannya.
Setiap
anak memiliki perilaku yang unik dan kemampuan yang berbeda-beda. Ada anak yang
mudah untuk menerima dan memahami pelajaran ada juga yang lambat atau sulit
menerima pelajaran. Keterbatasan guru dan kesibukan orang tua juga menjadi
salah satu faktor dimana anak tidak bisa di awasi dan diperhatikan sepenuhnya.
Hal ini membuat orang tua berfikir bahwa pendidikan formal dan informal tidak
cukup menunjang pendidikan anak sehingga orang tua memilih jalur tambahan yaitu
pendidikan non formal. Pada jalur ini anak mendapat tambahan pengajaran melalui
bimbingan belajar atau kursus tertentu yang diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan diluar sekolah.
Banyak
juga orang tua yang memilih memasukan anaknya untuk mengikuti bimbingan belajar
bahkan dari usia dini. Hal itu dimaksudkan agar anak lebih siap, lebih mahir
dan lebih berprestasi saat menghadapi pelajaran di bangku sekolah. Tetapi terkadang
orang tua memiliki ekspektasi tinggi yang tidak diimbangi dengan kemampuan diri
anaknya.
Pada
bab selanjutnya akan dibahas mengenai permasalahan yang ada di lembaga
pendidikan non formal dan pentingnya peranan pekerja sosial dalam menangani
masalah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana
gambaran umum tentang lembaga non formal?
b. Apa
saja permasalahan yang ada di lembaga?
c. Bagaimana
analisis kasus dan peran pekerja sosial?
1.3 Tujuan
a. Untuk
mengetahui profil lembaga non formal.
b. Untuk
mengetahui masalah yang ada di lembaga non formal.
c. Untuk
menganalisis suatu kasus dan peran yang dapat dilakukan pekerja sosial.
II. GAMBARAN LEMBAGA
2.1 Sejarah
1. Latar
Belakang
Sakamoto
Indonesia pertama kali didirikan pada tahun 2001 sebagai perusahaan yang
bergerak di bidang pendidikan khususnya matematika. Berbicara tentang
matematika, seringkali kita melihat bahwa anak-anak usia Sekolah Dasar yang
sudah lancer/cepat berhitung tetapi ketemu soal cerita masih mengalami
kesulitan. Mereka juga mengalami ketakutan dalam menyelesaikan soal cerita
matematika. Hal ini dikarenakan mereka tidak memahami betul apa maksud dari
soal tersebut dan apa yang harus mereka lakukan. Mereka sering menebak-nebak
harus dikali atau dibagi atau ditambah atau dikurangi (dalam arti mereka hanya
menghafal mati saja).
Dengan metode
sakamoto soal cerita matematika justru dapat menjadi teman anak-anak kita.
Mereka akan memahami betul soal yang mereka kerjakan sehingga mereka akan lebih
percaya diri dan jauh dari rasa takut dengan matematika.
2.
Pendiri
Metode sakamoto ditemukan sekitar tahun
1980 oleh Guru Matematika di Jepang, beliau bernama Mr. Hideo Sakamoto, seorang
peraih Doktor Kehormatan di bidang pendidikan dari Universitas IOND Hawai,
Amerika Serikat. Mr. Hideo Sakamoto mulanya diminta oleh seorang teman untuk
mengawasi anaknya apakah sudah belajar dengan baik dan benar. Ternyata setelah
belajar dengannya, anak itu dapat diterima di sekolah yang termasuk paling
bermutu di Jepang yaitu sekolah Nada Junior High School. Sejak saat itu beliau
bertekat untuk terus mengajar. Dalam mengajar, beliau tahu kira-kira anak mana
yang akan berhasil masuk Nada Junior High School dan anak mana yang akan gagal
masuk. Ternyata dugaannya benar walaupun Mr. Hideo Sakamoto telah berusaha
dengan kemampuannya ternyata anak tersebut gagal. Beliau mulai berfikir tidak
hanya cukup hanya mengajar tetapi harus ditambah dengan metode pengajaran yang
efisien.
3.
Perkembangan sakamoto
Setelah melakukan penelitian selama 10
tahu, diciptakanlah Metode Sakamoto yang ternyata sukses karena hamper semua
muridnya diterima d Nada High School. Mr. Hideo Sakamoto lebih menekankan
temuannya pada kemampuan anak untuk memahami suatu pertanyaan daripada
kemampuan anak untuk menjawab pertanyaan. Maksudnya, dengan memahami soal
cerita, anak-anak akan memperoleh kesenangan tertentu. Hal ini yang sebetulnya
akan membangkitkan hasrat untuk belajar di dalam diri anak-anak. Metode
Sakamoto adalah Metode Inovatif dan Efektif dalam memecahkan soal-soal matematika
di sekolah dasar.
Atas dasar semua itu maka kami memilih
untuk memasarkan Metode Sakamoto di Indonesia. Pada mulanya kami hanya
memasarkan Matematika Jepang Metode Sakamoto untuk anak usia Sekolah Dasar.
Dengan berjalannya waktu dan terasa banyak manfaat bagi anak-anak sekolah
dasar, maka pada akhir tahun 2012 kami mengembangkan Metode Sakamoto untuk anak
usia 3-5 tahun yang bertujuan untuk melatih kecerdasan dan kemampuan secara
bersamaan.
Atas dasar banyaknya permintaan dari par
orang tua dan kami ingin menolong remaja Indonesia, maka Juli 2014 diluncurkan
Metode Sakamoto untuk anak usia Sekolah Menengah Pertama. Tujuannya supaya
logika mereka terlatih dengan baik dan mereka dapat berfikir secara rasional.
2.2
Visi dan Misi
1.
Visi
a. Menjadikan
perusahaan yang terbaik khususnya di bidang matematikan
b. Mempunyai
tanggung jawab terhadap hasil anak didik
2.
Misi
a. Memberikan
nilai terbaik kepada anak-anak Indonesia
b. Mencerdaskan
anak-anak Indonesia
2.3 Fasilitas
1.
Ruang tamu
2.
Ruang administrasi
3.Ruang
kelas ( dilengkapi dengan hiasan dinding,meja kursi stiker)
4.
Alat peraga
5.
Alat pengukur tinggi badan
6.
Pohon absensi
7.
Buku dan alat penunjang belajar
8.
Permainan
2.4
Sistem Pembelajaran
1. Di isi oleh maksimal
5 anak dalam satu pembelajaran.
2. Lamanya belajar 2 x
1 jam seminggu
3. Ditunjang dengan
permainan edukatif
2.5
Biaya pendaftaran
Biaya pendaftaran Rp.
250.000
Biaya SPP Rp. 450.000
III.
PERMASALAHAN-PERMASALAHAN
Masalah-masalah yang dihadapi dalam
pelaksanaan jalur pendidikan non formal sangat beragam. Begitu juga
masalah-masalah yang dihadapi oleh Bimbingan Belajar Sakamoto. Berdasarkan
hasil wawancara dengan salah satu di Bimbingan Belajar Sakamoto tersebut dapat
dapat kami temukan beberapa permasalahan. Permasalahan-permasalahan yang ada
adalah sebagai berikut.
1. Manajemen
waktu yang kurang jelas, sering tidak sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan karena tuntutan dari pihak siswa.
2. Pembagian
kelas yang kurang jelas. Setiap satu kelas dapat terdiri dari gabungan siswa
kelas 1, 2 dan 3 atau gabungan dari kelas 4, 5 dan 6 tetapi dalam kenyataannya
pembelajaran dilakukan tidak sesuai dengan tingkatan kelas yang telah diatur
sehingga pembelajaran dilakukan tidak berjalan sesuai peraturan tetapi berjalan
sesuai kondisi yang ada pada saat itu.
3. Terdapat
beberapa siswa yang hiperaktif sehingga kadang-kadang mengganggu temannya yang
sedang focus belajar.
4. Selain
terdapat siswa yang hyperaktif, terdapat juga siswa yang sangat pasif. Siswa
tersebut cenderung pendiam, sulit bergaul dan tidak mau bertanya.
5. Banyak
orang tua yang tidak menyadari seberapa besar kemampuan anaknya sehingga banyak
orang tua yang menuntut kepada lembaga agar anaknya memperoleh sertifikat
sebagai tanda kenaikan tingkat padahal anak tersebut belum mampu menyelesaikan
pembelajaran pada tingkat sebelumnya.
6. Orang
tua kurang menjalin komunikasi yang baik dengan anaknya sehingga kadang-kadang
terjalin kesalahpahaman antara orangtua-anak-lembaga.
IV.
ANALISIS
KASUS DAN PERAN PEKSOS
4.1
Pemilihan Kasus
Dari
berbagai permasalahan yang dibahas pada bab sebelumnya, penulis mengangkat satu
masalah untuk dianalisis yaitu permasalahan tentang orang tua yang menuntut
pihak lembaga untuk memberi sertifikat kepada anaknya.
Pihak
lembaga memiliki persyaratan tertentu tentang pemberian sertifikat kepada
siswanya. Misalnya seorang siswa berhak mendapatkan sertifikat ketika siswa
mampu menyelesaikan soal pada setiap modulnya. Modul ini diberikan melalui
tahapan tertentu disesuaikan kemampuan anak. Tetapi ada beberapa orang tua
menuntut pihak lembaga untuk memberikan sertifikat, sedangkan anak belum
memenuhi persyaratan tersebut. Hal tersebut seringkali membuat pihak lembaga
dalam situasi yang sulit. Karena ketika permintaan orang tua tidak dituruti,
orang tua mengancam akan menarik anaknya dari bimbingan belajar tersebut.
4.1 Peran Pekerja Sosial
1.
Mediator
Pekerja sosial memerankan perannya dengan menengahi hubungan antardua
pihak yang mengalami keterpisahaan, keretakan atau kerusakan, akibat adanya
perbedaan persepsi ataupun perbedaan kepentingan.
Pada kasus ini tepat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan antara
wali murid dan pihak lembaga yang mengalami perselisihan. Disini pekerja sosial
dituntut untuk menjadi penengah antara pihak orangtua dengan bimbingan belajar
yang mana pekerja sosial harus netral tidak membela siapapun dan diharapkan
dapat menyelesaikan masalah yang terjadi dan orangtua bisa memahami kondisi
anak sehingga tidak menuntut yang lebih kepada pihak bimbingan belajar.
2. Parent
Teacher Liaision/ Home Schooliasion.
Yaitu penghubung orang tua dengan guru atau penghubung rumah dengan
sekolah. Pada kasus ini pekerja sisal bisa menghubungkan wali murid dengan
pihak lembaga untuk membicarakan permasalahan yang dialami.
V.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Pekerja
sosial di bidang pendidikan yaitu salah satu bidang praktek pekerjaan sosial
yang membantu mengatasi permasalahan yang dialami oleh siswa baik di dalam
jalur pendidikan formal, in formal maupun non formal. Peran pekerja sosial di
bidang pendidikan jalur non formal sama pentingnya dengan jalur pendidikan
lainnya, karena permasalahan yang dihadapi siswa tidak hanya di sekolah tetapi
juga di lembaga bimbingan belajar yang ia ikuti.
Perselisihan
yang terjadi antara pihak bimbingan belajar dan wali murid, pekerja sosial
dapat memainkan perannya seperti broker dan Parent Teacher Liaision/ Home Schooliasil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar