Jumat, 16 Maret 2018

Peran Pekerja Sosial di Bidang Pendidikan


 






Peran Peksos Dalam Masalah Di Bimbingan Belajar Sakamoto Pada Jalur Pendidikan Non Formal
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pengganti UAS Mata Kuliah Pekerjaan Sosial Di Bidang Pendidikan

Dosen Pembimbing
Dr. Ernalia Lia Syaodih,M.Si
Dr. Nurjanah, M.Pd
Oleh
Dewi Mustika Fani       
14.04.222
Kelas Pendidikan B


SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2016

I.       PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, hal ini berarti setiap manusia berhak memperoleh pendidikan yang layak agar mampu mengembangkan diri. Secara istilah pengertian pendidikan adalah satu sistem pengubahan sikap serta perilaku seorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia atau peserta didik lewat usaha pengajaran serta kursus. Jalur pendidikan yang biasa ditempuh oleh anak adalah jalur pendidikan formal atau jalur pendidikan yang dilakukan melalui pembelajaran di bangku sekolah. Sedangkan jalur pendidikan informal sendiri sudah diperoleh sejak kecil melalui keluarga dan lingkungannya.
Setiap anak memiliki perilaku yang unik dan kemampuan yang berbeda-beda. Ada anak yang mudah untuk menerima dan memahami pelajaran ada juga yang lambat atau sulit menerima pelajaran. Keterbatasan guru dan kesibukan orang tua juga menjadi salah satu faktor dimana anak tidak bisa di awasi dan diperhatikan sepenuhnya. Hal ini membuat orang tua berfikir bahwa pendidikan formal dan informal tidak cukup menunjang pendidikan anak sehingga orang tua memilih jalur tambahan yaitu pendidikan non formal. Pada jalur ini anak mendapat tambahan pengajaran melalui bimbingan belajar atau kursus tertentu yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan diluar sekolah.
Banyak juga orang tua yang memilih memasukan anaknya untuk mengikuti bimbingan belajar bahkan dari usia dini. Hal itu dimaksudkan agar anak lebih siap, lebih mahir dan lebih berprestasi saat menghadapi pelajaran di bangku sekolah. Tetapi terkadang orang tua memiliki ekspektasi tinggi yang tidak diimbangi dengan kemampuan diri anaknya.
Pada bab selanjutnya akan dibahas mengenai permasalahan yang ada di lembaga pendidikan non formal dan pentingnya peranan pekerja sosial dalam menangani masalah tersebut.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Bagaimana gambaran umum tentang lembaga non formal?
b.      Apa saja permasalahan yang ada di lembaga?
c.       Bagaimana analisis kasus dan peran pekerja sosial?

1.3  Tujuan
a.       Untuk mengetahui profil lembaga non formal.
b.      Untuk mengetahui masalah yang ada di lembaga non formal.
c.       Untuk menganalisis suatu kasus dan peran yang dapat dilakukan pekerja sosial.
II. GAMBARAN LEMBAGA
2.1  Sejarah
1. Latar Belakang
Sakamoto Indonesia pertama kali didirikan pada tahun 2001 sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pendidikan khususnya matematika. Berbicara tentang matematika, seringkali kita melihat bahwa anak-anak usia Sekolah Dasar yang sudah lancer/cepat berhitung tetapi ketemu soal cerita masih mengalami kesulitan. Mereka juga mengalami ketakutan dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Hal ini dikarenakan mereka tidak memahami betul apa maksud dari soal tersebut dan apa yang harus mereka lakukan. Mereka sering menebak-nebak harus dikali atau dibagi atau ditambah atau dikurangi (dalam arti mereka hanya menghafal mati saja).
Dengan metode sakamoto soal cerita matematika justru dapat menjadi teman anak-anak kita. Mereka akan memahami betul soal yang mereka kerjakan sehingga mereka akan lebih percaya diri dan jauh dari rasa takut dengan matematika.
2. Pendiri
Metode sakamoto ditemukan sekitar tahun 1980 oleh Guru Matematika di Jepang, beliau bernama Mr. Hideo Sakamoto, seorang peraih Doktor Kehormatan di bidang pendidikan dari Universitas IOND Hawai, Amerika Serikat. Mr. Hideo Sakamoto mulanya diminta oleh seorang teman untuk mengawasi anaknya apakah sudah belajar dengan baik dan benar. Ternyata setelah belajar dengannya, anak itu dapat diterima di sekolah yang termasuk paling bermutu di Jepang yaitu sekolah Nada Junior High School. Sejak saat itu beliau bertekat untuk terus mengajar. Dalam mengajar, beliau tahu kira-kira anak mana yang akan berhasil masuk Nada Junior High School dan anak mana yang akan gagal masuk. Ternyata dugaannya benar walaupun Mr. Hideo Sakamoto telah berusaha dengan kemampuannya ternyata anak tersebut gagal. Beliau mulai berfikir tidak hanya cukup hanya mengajar tetapi harus ditambah dengan metode pengajaran yang efisien.
3. Perkembangan sakamoto
Setelah melakukan penelitian selama 10 tahu, diciptakanlah Metode Sakamoto yang ternyata sukses karena hamper semua muridnya diterima d Nada High School. Mr. Hideo Sakamoto lebih menekankan temuannya pada kemampuan anak untuk memahami suatu pertanyaan daripada kemampuan anak untuk menjawab pertanyaan. Maksudnya, dengan memahami soal cerita, anak-anak akan memperoleh kesenangan tertentu. Hal ini yang sebetulnya akan membangkitkan hasrat untuk belajar di dalam diri anak-anak. Metode Sakamoto adalah Metode Inovatif dan Efektif dalam memecahkan soal-soal matematika di sekolah dasar.
Atas dasar semua itu maka kami memilih untuk memasarkan Metode Sakamoto di Indonesia. Pada mulanya kami hanya memasarkan Matematika Jepang Metode Sakamoto untuk anak usia Sekolah Dasar. Dengan berjalannya waktu dan terasa banyak manfaat bagi anak-anak sekolah dasar, maka pada akhir tahun 2012 kami mengembangkan Metode Sakamoto untuk anak usia 3-5 tahun yang bertujuan untuk melatih kecerdasan dan kemampuan secara bersamaan.
Atas dasar banyaknya permintaan dari par orang tua dan kami ingin menolong remaja Indonesia, maka Juli 2014 diluncurkan Metode Sakamoto untuk anak usia Sekolah Menengah Pertama. Tujuannya supaya logika mereka terlatih dengan baik dan mereka dapat berfikir secara rasional.
2.2 Visi dan Misi
1. Visi
a.       Menjadikan perusahaan yang terbaik khususnya di bidang matematikan
b.      Mempunyai tanggung jawab terhadap hasil anak didik
2. Misi
a.       Memberikan nilai terbaik kepada anak-anak Indonesia
b.      Mencerdaskan anak-anak Indonesia
2.3 Fasilitas
1. Ruang tamu
2. Ruang administrasi
3.Ruang kelas ( dilengkapi dengan hiasan dinding,meja kursi stiker)
4. Alat peraga
5. Alat pengukur tinggi badan
6. Pohon absensi
7. Buku dan alat penunjang belajar
8. Permainan

2.4 Sistem Pembelajaran
1. Di isi oleh maksimal 5 anak dalam satu pembelajaran.
2. Lamanya belajar 2 x 1 jam seminggu
3. Ditunjang dengan permainan edukatif

2.5 Biaya pendaftaran
Biaya pendaftaran Rp. 250.000
Biaya SPP Rp. 450.000

III.             PERMASALAHAN-PERMASALAHAN
Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan jalur pendidikan non formal sangat beragam. Begitu juga masalah-masalah yang dihadapi oleh Bimbingan Belajar Sakamoto. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu di Bimbingan Belajar Sakamoto tersebut dapat dapat kami temukan beberapa permasalahan. Permasalahan-permasalahan yang ada adalah sebagai berikut.
1.      Manajemen waktu yang kurang jelas, sering tidak sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan karena tuntutan dari pihak siswa. 
2.      Pembagian kelas yang kurang jelas. Setiap satu kelas dapat terdiri dari gabungan siswa kelas 1, 2 dan 3 atau gabungan dari kelas 4, 5 dan 6 tetapi dalam kenyataannya pembelajaran dilakukan tidak sesuai dengan tingkatan kelas yang telah diatur sehingga pembelajaran dilakukan tidak berjalan sesuai peraturan tetapi berjalan sesuai  kondisi yang ada pada saat itu.
3.      Terdapat beberapa siswa yang hiperaktif sehingga kadang-kadang mengganggu temannya yang sedang focus belajar.
4.      Selain terdapat siswa yang hyperaktif, terdapat juga siswa yang sangat pasif. Siswa tersebut cenderung pendiam, sulit bergaul dan tidak mau bertanya.
5.      Banyak orang tua yang tidak menyadari seberapa besar kemampuan anaknya sehingga banyak orang tua yang menuntut kepada lembaga agar anaknya memperoleh sertifikat sebagai tanda kenaikan tingkat padahal anak tersebut belum mampu menyelesaikan pembelajaran pada tingkat sebelumnya.
6.      Orang tua kurang menjalin komunikasi yang baik dengan anaknya sehingga kadang-kadang terjalin kesalahpahaman antara orangtua-anak-lembaga.
IV.             ANALISIS KASUS DAN PERAN PEKSOS
4.1 Pemilihan Kasus
Dari berbagai permasalahan yang dibahas pada bab sebelumnya, penulis mengangkat satu masalah untuk dianalisis yaitu permasalahan tentang orang tua yang menuntut pihak lembaga untuk memberi sertifikat kepada anaknya.
Pihak lembaga memiliki persyaratan tertentu tentang pemberian sertifikat kepada siswanya. Misalnya seorang siswa berhak mendapatkan sertifikat ketika siswa mampu menyelesaikan soal pada setiap modulnya. Modul ini diberikan melalui tahapan tertentu disesuaikan kemampuan anak. Tetapi ada beberapa orang tua menuntut pihak lembaga untuk memberikan sertifikat, sedangkan anak belum memenuhi persyaratan tersebut. Hal tersebut seringkali membuat pihak lembaga dalam situasi yang sulit. Karena ketika permintaan orang tua tidak dituruti, orang tua mengancam akan menarik anaknya dari bimbingan belajar tersebut.

4.1  Peran Pekerja Sosial

1.      Mediator
Pekerja sosial memerankan perannya dengan menengahi hubungan antardua pihak yang mengalami keterpisahaan, keretakan atau kerusakan, akibat adanya perbedaan persepsi ataupun perbedaan kepentingan.
Pada kasus ini tepat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan antara wali murid dan pihak lembaga yang mengalami perselisihan. Disini pekerja sosial dituntut untuk menjadi penengah antara pihak orangtua dengan bimbingan belajar yang mana pekerja sosial harus netral tidak membela siapapun dan diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang terjadi dan orangtua bisa memahami kondisi anak sehingga tidak menuntut yang lebih kepada pihak bimbingan belajar. 

2.      Parent Teacher Liaision/ Home Schooliasion.
Yaitu penghubung orang tua dengan guru atau penghubung rumah dengan sekolah. Pada kasus ini pekerja sisal bisa menghubungkan wali murid dengan pihak lembaga untuk membicarakan permasalahan yang dialami.

V.           PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pekerja sosial di bidang pendidikan yaitu salah satu bidang praktek pekerjaan sosial yang membantu mengatasi permasalahan yang dialami oleh siswa baik di dalam jalur pendidikan formal, in formal maupun non formal. Peran pekerja sosial di bidang pendidikan jalur non formal sama pentingnya dengan jalur pendidikan lainnya, karena permasalahan yang dihadapi siswa tidak hanya di sekolah tetapi juga di lembaga bimbingan belajar yang ia ikuti.
Perselisihan yang terjadi antara pihak bimbingan belajar dan wali murid, pekerja sosial dapat memainkan perannya seperti broker dan Parent Teacher Liaision/ Home Schooliasil




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

analisis program Rabu Nyunda Kota Bandung

I.                    KEBIJAKAN MENGENAI RABU NYUNDA a.        Deskripsi Singkat Tentang Rabu Nyunda Rebo nyunda merupakan hari di man...